Rabu, 09 Juni 2010

Hari yang Buruk Atau Hari yang Baik

Hai, namaku Anita Ghianiputri. Aku biasa dipanggil Ghiani. Aku bersekolah di SD Negeri Kamboja Indah III. Sekarang, aku duduk di kelas 3 SD. Aku mempunyai seorang adik bernama Flowy. Kami sekeluarga biasanya memanggilnya Dik Flow, Flowy, atau Flow saja. Dia seorang adik yang suka mengusili kakaknya. Maklum, dulu, waktu Mama mengandung Flowy, mereka berharap memiliki anak laki-laki. Jadi.... ya, begini jadinya, perempuan yang tomboy.

Hari ini, hari ke-empat setelah ulangan kenaikan kelas. Tiga hari kemarin, kami yang tidak remidi sempat menonton film, sedang yang remidi ya ikut remidi saja. Tapi hari ini, semua siswa wajib mengikuti lomba. Entah itu lomba memukul air dengan mata tertutup, lomba tarik tambang, lomba balap karung, makan kerupuk, dan lain-lain seperti loma di Agustus-an.

Ternyata Bu Leni memilih aku yang menjadi perwakilan lomba memukul air dengan mata tertutup kelas 3 yang perempuan. Aku berharap ada hal yang luar biasa pada hariku yang biasa ini. Ya mungkin... menang lomba salah satunya.

Waktu yang dinanti-nanti pun tiba. Para perwakilan dari berbagai kelas datang ke lapangan untuk mengikuti beraneka ragam lomba. Kelas satu dan dua melawan kelas tiga. Kelas empat, lima, dan enam mengikuti lomba yang berbeda. Paling tidak yang tidak keanak-anakan.

Aku mulai menyayunkan gedebog pisang yang sudah dipotong kecil-kecil. Teman-temanku mulai menyemangati. Ada yang berseru: “Ghiani! Ghiani! Ghiani!”, apa yang berseru: “Lyna! Lyna! Lyna!”, dan ada pula yang berseru: “Maya! Maya! Maya!”. “Ayo, Yan, sedikit lagi! Maju dan....”, aku menuruti saja kata-kata Uchi. Oh ya, aku belum kenalkan pada kalian. Aku punya julukan Yan atau Ian, juga Hian. Padahal, dalam namaku tidak ada kata ‘yan’. Kalau ‘hian’ dan ‘ian’ sih.... ada. Perhatikan saja! ghIANi, ghIANi.

Kalau yang paling sering sih.... Ian. Ya! Aku memang sebal dengan teman-teman yang suka mengejekku seperti itu. Lagipula itu kan nama laki-laki. Sedangkan aku perempuan. Kebetulan juga sih, ada teman sekelasku yang bernama Ian. Dia juga suka marah kalau teman-teman mengejek-ku. Bukannya membelaku, tapi itu tuh yang namanya GR. Dia kira mereka mengejeknya.

Kembali lagi ke cerita, saat aku hampir saja memukul air, tiba-tiba salah satu temanku yang juga mengikuti lomba itu (aku tidak tahu namanya karena mataku tertutup), malah memukul kepalaku. “Auw!!!!”, jeritku. “Maaf, ya, siapa sih?”, tanyanya. Oh, aku tahu kalau yang baru saja memukul kepalaku itu Maya. Aku kenal sekali suaranya.

“Aku, Ya! Ghiani!”, ujarku. Tiba-tiba, dari sebelah kanan aku merasa ada yang memukul kepalaku lagi. “Aduh..... siapa, sih?!”, ujarku agak jengkel. “Eeee..... maaf, ya, Ghi! Nggak sengaja!”, ujar Lyna. “Ya, asalkan kamu jangan memukulku lagi.....”, kataku.

Tiba-tiba.....

PYAR!!!!!!!!

Terdengar suara seperti air jatuh. “Punya siapa itu?”, batinku dalam hati. Saat aku merasa bajuku basah kuyup, aku baru sadar, kalau akulah yang berhasil memecahkan air dengan mata tertutup yang pertama kali. Hore!!!! Aku menang. Lyna, adalah perwakilan dari kelas satu. Sedang Maya perwakilan dari kelas dua. Aku berhasil mengalahkan mereka.


Saat istirahat.....


"Wah.... selamat, ya, Ian! Kamu berhasil,", kata Uchi. "Apa? Kamu bilang aku Ian? Dengar, jangan mengejekku seperti itu ya.... Atau aku akan bilangkan ke Ian yang sebetulnya....", ujarku. "Eh, jangan, jangan. Aku nggak mau dimarahi sama Ian. Iya deh, iya. Kamu itu Ghiani. Selamat, ya, Ghiani....", ucap Uchi. "Nah...., itu baru Uchi yang sebernarnya,", candaku. Uchi dan aku tersenyum.


Tiba-tiba Yuly datang. "Selamat, ya, Ghiani.... kamu memang temanku yang baik....", katanya. "Eh, dia teman sejatiku. Kalau mau, cari sendiri.", ujar Uchi. "Terus siapa juga yang bilang Ghiani adalah teman baikku, heh?", ledek Yuly. Aku tertawa kecil. "Menurutku...., menurutku Uchi lebih baik. Tapi Yuly tidak suka mengejek-ku. Dia juga baik...", kataku.


"Eh, kamu ucapin selamat karena sudah menang atau selamat ulang tahun untuk Ghiani?", tanya Uchi. "Terima kasih kamu sudah lupa. He he he...", Uchi tidak menanggapi. "Sebenarnya... dua-duanya, sih,", jawab Yuly. Oh ya, teman-temanku malah yang ingat kalau hari ini hari ulang tahunku yang ke-10. Ini kan, tanggal 12 Juni. Ah, nggak usah bilang-bilang, ah, sama mereka kalau aku lupa ulang tahunku sendiri karena ke-girangan.


"Oh ya, nanti sore, jangan lupa datang ke rumahku, ya...", kataku. "Jam berapa? Kamu mau merayakan ultahmu, ya?", tebak Uchi. "Jam empat sore, mungkin. Biasanya seperti itu. Benar, kan, Ghi?", tanya Yuly. "Ya, kurasa begitu,", jawabku. "Sebentar, ya, teman-teman, aku mau menemui Flowy. Sebentar saja.", kataku.


Aku lalu berjalan menuju ke kelas satu. Disana, aku melihat adikku Flowy yang tomboy itu bermain. Dia bermain dengan anak laki-laki. Ya.... begini jadinya kalau berharap memiliki anak laki-laki dan yang keluar perempuan. Lalu bagaimana kalau sebaliknya? Mungkin menurutku tidak sampai segitunya. Paling tidak sifatnya tidak suka usil.


"Den, Flowy mana? Kayaknya tadi dia disini....", tanya pada Deden, salah satu teman Flowy. "Oh, sebentar, ya, Kak. Dia sedang pergi ke toilet,", jawab Deden. "Makasih, ya,", ucapku. Aku lalu pergi ke toilet. Aku tak lama menunggu Flowy. Sebentar saja, dia sudah keluar.


"Flow, kata Mama ulang tahun Kak Ghiani dirayakan jam berapa?", tanyaku. "Kata Papa tadi pagi sih.... jam empat sore. Tapi Mama titip pesan, nanti, Kak Ghiani disuruh bilang sama teman-temannya kalau datangnya ke sana jam tiga saja.", jawab Flowy. "Lho? Kenapa jam tiga? Bukannya jam tiga kakak harus les bahasa inggris?", tegurku.


Aku pun bilang pada teman-teman untuk datang ke pesta jam tiga. Beberapa jam pun berlalu. Sekarang sudah jam tiga. Aku berangkat ke tempat kursus, sedangkan para tamu mulai berdatangan. Jam empat sore, aku pulang dari tempat lesku. Sesampainya di rumah, aku sangat kaget. Tidak ada hiasan, dan tidak ada sandal. Hanya ada sepeda teman-temanku saja.


"Apakah Mama dan Papa berbohong? Mereka telah mengacaukan pesataku... Aku juga tidak diberi hadiah apa-apa. Hari ini buruk. Buruk. Mungkin hadiahku hanya sekedar menang lomba. Tapi itu, kan, bukan hadiah!" gerutuku dalam hati. Tiba-tiba Uchi datang dari belakang. "Uchi? Kenapa kamu memakai baju biasa? Dan mana pestanya?", tanyaku heran. "Ayolah, ikut aku dulu...", Uchi menggandengku sampai di kebun belakang. Disana, aku melihat balon, hiasan, kue, serta semua perlengkapan pesta. Semua teman-teman juga memakai baju yang sama dan bertuliskan HAPPY BIRTHDAY, GHIANI!!!


Aku sangat kaget. Apakah ini mimpi? Aku menepuk pipiku. Dan ternyata ini bukan mimpi. Ini sungguhan. Sejam saat aku les mereka sudah mempersiapkan segalanya. Dan ternyata... ini adalah sebuah kejutan. Kejutan yang dibuat Mama, Papa, dan teman-temanku. Kulihat diatas meja hadiah bertumpuk-tumpuk. Ini sebuah hari yang baik. Ini ulang tahun paling mengesankan yang pernah aku rasakan.


3 komentar:

  1. Cerita ini bagus....

    BalasHapus
  2. hasnamumtaz.blogspot18 Juni 2010 pukul 18.41

    makasih...

    BalasHapus
  3. @Ghiani: Gak sopan banget, sih! Ada tamu, kok, malah pergi?!

    BalasHapus